Sabtu, 21 November 2015

Prolog: Menuju Ada, dari Derita ke Cerita

Setiap cerita pasti memiliki awal. Kisah kasih Romeo-Juliet yang berakhir porak poranda dan kandas mengenaskan itu mustahil terjadi jika ia tak punya awalan. Oleh karena itu, peran awalan alias prolog bagi sebuah cerita sangatlah vital—sama vitalnya seperti paket data internet bagi manusia kekinian. Tanpa prolog, sesuatu muskil menjadi cerita. Dengan kata lain, prolog membuat cerita menjadi ada.

Catatan ini adalah prolog bagi sesuatu yang sedang menjadi ada. Dan, sebagaimana setiap cerita memiliki judul, ada baiknya kalau “sesuatu” itu punya nama. Mari kita sebut saja ia Gubuk Cerita—ehm, jangan sampai salah sebut jadi Gubuk Derita, ya!

***
Bayangkan Anda adalah penggemar buku yang sangat suka dan ingin terus membaca buku-buku berkualitas. Tapi, masalahnya, buku seperti itu sulit sekali didapat—tak beredar di perpustakaan atau peredarannya terbatas hanya di toko buku. Masalahnya makin runyam karena di daerah Anda tinggal ternyata tak ada perpustakaan, apalagi toko buku. Galau, deh!

Kegalauan di atas bisa jadi bukan sekadar imajinasi. Di Jawa saja ada begitu banyak pelosok yang tak terjangkau buku; toko buku nihil di sebagian daerah, sementara nasib perpustakaannya (yang dikelola pemerintah) tak berkembang. Bagi para pecandu buku keadaan semacam itu tentu saja adalah sumber derita.

Penderitaan “para pecandu” itu tak perlu terjadi jika mereka punya ruang untuk ‘mengobati’ kecanduannya. Gubuk Cerita dibangun dari impian tentang ruang semacam itu; tempat untuk mendapatkan buku dengan mudah dan murah—bahkan gratis!

Pada dasarnya, Gubuk Cerita adalah ruang multidimensi. Ia bisa menjadi lapak jual-beli buku sekaligus perpustakaan bersama. Di saat yang sama, ia pun dapat menjadi ruang tukar informasi (medium diskusi), yang semoga saja mengasyikkan.

***
Tak ada yang baru di bawah mentari. Gagasan tentang Gubuk Cerita pun sama sekali bukan sesuatu yang baru. Ini hanya duplikasi dari ide-ide sebelumnya; penggandaan cerita yang sudah-sudah. Justru begitulah yang sebaiknya terjadi: komitmen pembangunan ruang baca memang harus dilipatgandakan.

Untuk terlibat dalam pelipatgandaan itu, kita hanya butuh melakukan sesuatu: memulai, mengawali. Ingat, seperti yang sudah tertulis di atas, cerita hanya akan menjadi ada jika ia memiliki awalan. Jadi, mari kita awali dengan harapan: semoga ini bukan sekadar CLBK (Cerita Lama Bersemi Kembali); semoga Gubuk Cerita menjadi semacam CLBT (Cerita Lama Bersemi Terus).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir, semoga lagi dan sering. :)